Ladies, berhenti bermain kode, yuk!

Wanita terkenal dengan permainan kodenya dan pria terkenal dengan ketidak-pekaannya atas kode-kode wanita. Beberapa guyonan satire pun turut meramaikan fenomena kode-kodean ini.

Hmm….

Awalnya, saya tidak merasa bahwa satire tersebut bisa menjadi berbahaya. Ah, bukan. Menyebalkan lebih tepatnya. Menyebalkan, karena wanita menjadi merasa benar, bahwa mereka memang tercipta untuk terjun dalam dunia perkodean.

Dan itu menyebalkan.

Menyebalkan, karena pria menjadi banyak berpikir dan beberapa meyakini ‘apa yang dikatakan wanita itu selalu berlawanan dengan maksudnya’.

Saya baru mengalami kejadian menyebalkan akibat kode-kodean. Seorang pria percaya diri dengan bekal apa ‘yang dikatakan wanita itu berlawanan dengan maksudnya’ menganggu saya dengan menyebalkannya. Baiklah, saya akui bahwa sejak awal saya tidak tertarik pada pria itu. Gaya berpakaiannya perih di mata uyg! *Psstt… saya kurang tertarik pada pria yang memakai celana pensil ngepas pisan di kaki kayak leging gitu 😐

Pria tersebut lebih dulu memperkenalkan dirinya dan mengajak saya berbasa – basi. Saya yang tidak sanggup memandangnya beralibi harus menyelesaikan membaca buku Viktimologi. Pria tersebut mempersilahkan saya membaca, tapi tidak lama. Errr…

Pria tersebut mengajak saya berbicara kembali. Ia bertanya tentang Viktimologi itu apa dan saya memberikan penjelasan singkat. Saat ia menggangguk sembari ber’oh’ ria, saya mengajukan pertanyaan ; ‘Dalam kasus pemerkosaan, menurut kamu siapa yang harus dipersalahkan?’

Tanpa berpikir lama, ia langsung menjawab “jelas salah ceweknya lah!” Oke, disinilah saya yakin untuk tidak banyak bicara lagi dengan orang seperti ini dan saya meneruskan membaca. Tak tahan didiamkan, pria tersebut mencoba mengganggu saya dengan menarik – narik buku saya. Sumpah, saya kesal sekali.

“Diem sih!” akhirnya kejutekan saya pun muncul.

Pria ini malah tertawa dan memuji saya dengan kepalsuan. Saya jijik sejijik – jijiknya, tapi firasat saya mengatakan pria menyebalkan ini bisa melakukan hal-hal diluar nalar. Pria itu pun bertanya soal pasangan dan saya mengatakan bahwa saya tidak pacaran. Pertanyaannya berlanjut ke tahun kelahiran dan berakhir di zodiak. Hih, saya tidak percaya dengan kecocokan dua manusia berdasarkan zodiak. Terlalu kekanak-kanakkan.

Ajaibnya…

Setelah mengajukan pertanyaan – pertanyaan bodoh, pria tersebut mengatakan bahwa saya dan dia berjodoh. Hih! Pria itu juga menanyakan alamat rumah saya dan ia akan melamar saya. Hiiihhh….*panjang dan juga horor*

Pria bodoh itu lantas memegang tangan saya dan segera saya tepis. Pria bodoh yang mengartikan bahwa tepisan itu adalah isyarat dari saya yamg malu dipegang tangannya. Menahan diri dan terlalu lama bersabar, akhirnya saya membentaknya “Anda jangan kurang ajar!”

Kau tahu ‘pria yang berpikir bahwa dalam kasus pelecehan perempuan adalah kesalahan perempuan itu’ berteriak lebih lantang bahwa saya yang menggodanya. Sial!

Penumpang sebrang kursi saya, bangkit dan mempersilahkan saya untuk duduk di bangku mereka. Pria bodoh itu pun lantas menarik saya dan mengatakan bahwa penumpang harus duduk sesuai tiket.

Ibu yang duduk sederet dengan pria yang membantu saya, memegang tangan saya dan berujar “nanti lagi jangan ambil kereta malem ya”. Saya tersenyum kecil. Amarah saya masih terlalu kuat untuk ditaklukkan.

Pria yang tadi membantu saya itu membisikkan penawaran  untuk dia antar sampai saya bertemu dengan Cici yang menunggu saya di stasiun. Saya mengangguk dan berterima kasih. Ibu didepan saya juga berpesan agar saya berhati – hati jika berada di Jakarta. Wajah saya terlalu polos untuk Jakarta, katanya. Hahaha…

Pria percaya diri tapi bodoh itu pun terus meracau. Mengeluhkan saya yang memberikan kode dan berpura-pura kesal. Pria itu juga mengatakan bahwa semua wanita itu sama. Memakai jilbab atau tidak sama – sama suka menggoda. Meminta disetubuhi. Ketika disetubuhi dan tidak puas mereka mengatakan itu adalah pemerkosaan.

Seorang Ibu yang duduk di belakangnya terpancing emosi oleh keluhan pria bodoh itu.

“Mas-nya gak tau apa ini jam 3 subuh. Mulutnya berisik ngalahin anak kecil yang minta susu!”

Kamu harus kesal dan juga tertawa bersama saya!

Pria bodoh itu membalas kalimat si ibu itu dengan kalimat ” Ibunya ngasih kode tuh. Pengen diemut”

Si Ibu makin naik pitam namun penumpang lain menahannya. Saya menjadi sedih. Semua ini berawal dari saya. Seharusnya saya mempercayai firasat saya sejak awal. Tidak membalas senyuman pria bodoh itu 😥

Saya harap, wanita tidak lagi berkode-kodean dan pria tidak berpikir harus memecahkan kode itu. Kalian tidak perlu mengartikan kalimat dari wanita itu berlawanan dari apa yang dikatakannya.

Wanita cerdas percaya diri tahu apa yang dia mau dan tidak sungkan mengutarakan apa yang diinginkannya.

Sepertinya, sudah saatnya kita berhenti bermain kode yang semakin mempersulit pria.

Penulis:

Silahkan follow twitternya @wulan_herdiani | IG : wulan_herdiani dan herdiani_wulan | kalau mau cerita silahkan email saja ke wulanherdiani@gmail.com dan jangan lupa perkenalkan dirimu yaa~

Tinggalkan komentar