Teruntuk aku di masa depan…

Bandung, 17 Juni 2017

 

Hei, apa kabar kamu?
Seharusnya, sih, sudah lebih hebat dan lebih kuat dari saat ini.
Kamu sudah berjanji untuk tidak lagi menutup diri, terus mengasah diri dan menunjukkan pada semua orang, bahwa kamu ada bukan untuk terlunta-lunta dalam perjuangan menahan luka, kan?
Ah, iya. Aku tahu. Kamu bukan orang yang janjinya harus di tagih seperti utang.

Berjanjilah untuk tidak pernah menyerah pada kepedihan dan terjebak dalam keputus asaan.
Selalu berpegang teguh pada diri sendiri dan jangan pernah sekalipun bergantung pada orang lain.
Jadilah kuat tanpa melemahkan siapapun.

Hei, tidakkah hidup ini benar-benar lelucon.
Berapa kali kita menginginkan mati, hingga akhirnya bangkit dan hidup seperti zombie –yang kembali hidup setelah berjuang melawan ketidakpastian?

Kita pernah sama-sama bermain dengan nyawa, sampai akhirnya kita benar-benar takut kehilangan nyawa. Kita pernah bodoh, tapi dari sanalah kita belajar dalam memandang hidup ini. Membuat kita tidak mudah menghakimi dan seringnya memaklumi semua tindakan dari teman-teman gila di jalanan.

Heh, bodoh!

Masih ingat rem sandal jepitmu? Hahahaha…
Bagaimana dengan hobi nyasarmu? Masih tetap kesulitan menghapal jalan atau sudah bisa menghapal jalan?

Eh, masih ingat, kata Kang Tasaro tentang ‘kebijaksanaan dan pemahaman lebih sering lahir dari rahim kepedihan’?
Aku penasaran, apakah kepedihan itu membuatmu menjadi bijaksana dalam menyikapi hidup? Pemahaman seperti apa yang kamu dapatkan dari kepedihan?

Tersenyumlah dan jangan biarkan dunia tahu kepedihanmu. Tertawalah di antara badai petir di dalam hatimu. Menangislah dalam kesendirian, tapi jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Karena, kesedihan hanya melahirkan keputusan jalan instan yang resikonya dalam jangka panjang. Kamu tentu tahu maksudku, kan 

Jangan pernah lagi membenci, karena kebencian benar-benar menguras energi. Tetaplah kamu menjadi kamu yang berada di jalanmu, tanpa perlu repot-repot mengikuti orang lain. Jika kamu setuju, ikuti. Jika tidak, jangan ragu berbalik arah. Tidak ada yang pasti dalam hidup ini dan sudah menjadi tugasmu untuk memberikan kepastian dalam hidupmu.

Tidak ada manusia yang tidak pernah terluka dalam. Hanya saja, cara menyikapinya yang berbeda. Kita telah sama-sama melihat bagaimana hidup menjadikan kita sebuah lelucon.

Baiklah,
Pastikan hidupmu selalu baik-baik saja, karena ada kehidupan yang mesti kamu pastikan baik-baik saja. Selalu imbangi Su’udzon dengan Husnudzon dan begitu sebaliknya, agar kamu tidak menjadi kaum padlizon.

Dengan cinta,

 

Candaan hidup,

yang membuatmu terpingkal-pingkal

di antara hujan air mata.

 

Penulis:

Silahkan follow twitternya @wulan_herdiani | IG : wulan_herdiani dan herdiani_wulan | kalau mau cerita silahkan email saja ke wulanherdiani@gmail.com dan jangan lupa perkenalkan dirimu yaa~

Satu tanggapan untuk “Teruntuk aku di masa depan…

Tinggalkan komentar